Dalam buku “Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”, E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, “Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Ketidakefektifan kalimat dapat membuat pesan yang disampaikan pembicara atau penulis tereduksi, sehingga akan beda maknanya saat ditangkap oleh pendengar atau pembicara.”
Unsur-Unsur kalimat Efektif Sebuah kalimat dinyatakan efektif bila mengandung beberapa ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
1. Kesepadanan Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
2. Keparalelan Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan selanjutnya juga menggunakan nomina. Begitu pun dengan verba.
3. Ketegasan Ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakukan menonjol pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan.
4. Kehematan Kehematan adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
5. Kecermatan Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsir ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
6. Kepaduan Yang dimaksud kepaduan di sini ialah kepaduan pernyataan dalam suatu kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
1. Kesepadanan Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
2. Keparalelan Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan selanjutnya juga menggunakan nomina. Begitu pun dengan verba.
3. Ketegasan Ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakukan menonjol pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan.
4. Kehematan Kehematan adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
5. Kecermatan Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsir ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
6. Kepaduan Yang dimaksud kepaduan di sini ialah kepaduan pernyataan dalam suatu kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
B. KESALAHAN KALIMAT
Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan),
yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan
pleonastis antara lain:
· Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:
Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya
dihilangkan.
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat
pada kalimat berikut ini:
Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat
berikut ini:
Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
· Bahasa asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing
terlihat pada kalimat berikut:
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan
kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
6. Kata depan yang tidak perlu
Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu
seperti pada kalimat berikut: Di program ini menyediakan berbagai fitur
terbaru.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga
kalimatnya menjadi: Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
C. PENALARAN KALIMAT
Penalaran adalah proses berpikir
yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian.
Macam-macam
Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu :
A) INDUKTIF
Induktif adalah
hal khusus menuju hal umum. Ya itu kuncinya "dari yang khusus menuju yang
umum.
CONTOH PENALARAN INDUKTIF :
-)Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
-)Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan: Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan
B)DEDUKTIF
Deduktif adalah contoh suatu paragraf yang dibentuk
dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas.
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.
Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di garis bawahi, dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.
D. KEHEMATAN ATAU EKONOMI BAHASA
Kehematan atau ekonomi bahasa adalah penulisan
kalimat yang berlangsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas,
lugas, dan logis.
Perhatikanlah contoh berikut, yaitu kalimat kurang memperhatikan
ekonomi bahasa :
1. Dalam ruangan ini kita dapat menemukan
barang-barang, antara lain seperti meja, kursi, buku,
lampu, dan
lain-lain.
2. Karena modal di bank terbatas, sehingga tidak
semua pengusaha lemah memperoleh kredit
Perbaikan kalimat yang memperhatikan ekonomi
bahasa berikut:
1. Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja,
kursi, buku, lampu, dan lain-lain.
2. Karena modal di bank terbatas, tidak semua
pengusaha lemah memperoleh kredit.
E. DAFTAR KONJUNGSI BAHASA
Konjungsi atau konjungtor atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat. Kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Contoh : dan, atau, serta.
Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung.
Jenis – jenis kata penghubung :
1.Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara.
a.Menggabungkan biasa, yaitu: dan, dengan, serta.
Contoh menggunakan dan:
•Ibu dan Ayah pergi ke Bandung (contoh diantara dua buah kata benda)
•Ibu mencuci dan menyetrika pakaian kami (contoh diantara du kata kerja)
•Dia anak yang rajin dan pandai (contoh diantara dua kata sifat yang tidak bertentangan)
•Saya mau piano dan adik mau gitar (diantara dua buah klausa (bagian kalimat) dalam sebuah kalimat majemuk
2.Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat.
a.Menyatakan sebab, yaitu : sebab, karena
b.Menyatakan syarat, yaitu : kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal
c.Menyatakan tujuan, yaitu : agar, supaya
d.Menyatakan waktu, yaitu : ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala
e.Menyatakan akibat, yaitu : sampai, hingga, sehingga
f.Menyatakan sasaran, yaitu : untuk, guna
g.Menyatakan perbandingan, yaitu : seperti, laksana, sebagai
h.Menyatakan tempat, yaitu : tempat
Jika dilihat dari kedudukannya konjungsi dibagi menjadi :
1.Konjungsi koordinatif; menghubungkan dua atau lebih unsur (termasuk kalimat) yang sama pentingnya atau setara. Kalimat yang dibentuk disebut kalimat majemuk setara. Contoh: dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, sedangkan.
2.Konjungsi korelatif; menghubungkan dua atau lebih unsur (tidak termasuk kalimat) yang memiliki status sintaksis yang sama dan membentuk frasa atau kalimat. Kalimat yang dibentuk agak rumit dan bervariasi, kadang setara, bertingkat, atau bisa juga kalimat dengan dua subjek dan satu predikat. Contoh: baik ... maupun, tidak hanya ..., tetapi juga, bukan hanya ..., melainkan juga, demikian ... sehingga, sedemikian rupa ... sehingga, apa(kah) ... atau, entah ... entah, jangankan ..., ... pun.
3.Konjungsi subordinatif; menghubungkan dua atau lebih klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama.
F. DAFTAR PROPOSISI BAHASA
Preposisi atau kata depan adalah kata
yang secara sintaksis terdapat di depan nomina, adjektiva, atau
adverbial dan secara semantic menandai berbagai hubungan makna antara
konstituen di depan dan di belakang preposisi tersebut.
Bentuk Preposisi :
1.Preposisi 'tunggal' terdiri dari satu kata.
a. Preposisi yang berupa kata dasar terdiri dari satu morfem (monomorfemis). Daftar: akan, antara, bagi, buat, demi, dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai, sejak, semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, untuk.
b. Preposisi yang berupa kata berafiks (polimorfemis) dibentuk dengan menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar yang bisa berupa verba, adjektiva, atau nomina.
1. Preposisi yang berupa kata berprefiks, daftar: bersama, beserta, menjelang, menuju, menurut, seantero, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh, terhadap.
2. Preposisi yang berupa kata bersufiks, daftar: bagaikan.
3. Preposisi yang berupa kata berprefiks dan bersufiks, daftar: melalui, mengenai.
2. Preposisi 'gabungan' atau 'majemuk' terdiri atas dua preposisi yang berdampingan atau berkolerasi.
1) Preposisi yang 'berdampingan' terdiri dari dua preposisi yang letaknya berurutan, baik digabungkan menjadi satu kata atau tetap terpisah menjadi dua kata. Daftar: daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, selain dari.
2) Preposisi yang 'berkorelasi' terdiri dari dua unsur yang dipakai berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Daftar: antara ... dengan, dari ... hingga, dari ... sampai dengan, dari ... sampai ke, dari ... sampai, dari ... ke, sejak ... hingga, sejak ... sampai.
3) Preposisi dengan nomina lokatif bergabung dengan dua nomina (FN) yang nomina pertamanya (N1) mempunyai ciri lokatif atau menunjukkan lokasi (Prep + FN (N1 + N2). Contoh: di (atas meja), ke (dalam rumah), dari (sekitar kampus), dll.. Sebagian dari kelompok N1 maupun N2 ada yang wajib muncul dan ada pula yang manasuka. Berikut adalah frasa preposisional yang dapat muncul tanpa N2 jika konteks kalimat atau situasinya jelas: di depan, di muka, di pinggir, di samping, di sebelah, di tengah, ke depan, ke muka, ke pinggir, ke samping, ke sebelah, ke tengah, dari depan, dari muka, dari pinggir, dari samping, dari sebelah, dari tengah
Peran Sematis :
a.Penanda hubungan ‘tempat’ : di, ke, dari
b.Penanda hubungan ‘peruntukan’ : bagi, untuk
c.Penanda hubungan ‘sebab’ : karena, sebab
d.Penanda hubungan ‘kesertaan’ atau ‘cara’ : dengan, sambil, beserta, bersama
e.Penanda hubungan ‘pelaku’ : oleh
f.Penanda hubungan ‘waktu’ : pada, hingga, sampai, sejak, semenjak, menjelang
g.Penanda hubungan ihwal peristiwa : tentang, mengenai
h.Penanda hubungan ‘milik’ : dari
Bentuk Preposisi :
1.Preposisi 'tunggal' terdiri dari satu kata.
a. Preposisi yang berupa kata dasar terdiri dari satu morfem (monomorfemis). Daftar: akan, antara, bagi, buat, demi, dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai, sejak, semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, untuk.
b. Preposisi yang berupa kata berafiks (polimorfemis) dibentuk dengan menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar yang bisa berupa verba, adjektiva, atau nomina.
1. Preposisi yang berupa kata berprefiks, daftar: bersama, beserta, menjelang, menuju, menurut, seantero, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh, terhadap.
2. Preposisi yang berupa kata bersufiks, daftar: bagaikan.
3. Preposisi yang berupa kata berprefiks dan bersufiks, daftar: melalui, mengenai.
2. Preposisi 'gabungan' atau 'majemuk' terdiri atas dua preposisi yang berdampingan atau berkolerasi.
1) Preposisi yang 'berdampingan' terdiri dari dua preposisi yang letaknya berurutan, baik digabungkan menjadi satu kata atau tetap terpisah menjadi dua kata. Daftar: daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, selain dari.
2) Preposisi yang 'berkorelasi' terdiri dari dua unsur yang dipakai berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Daftar: antara ... dengan, dari ... hingga, dari ... sampai dengan, dari ... sampai ke, dari ... sampai, dari ... ke, sejak ... hingga, sejak ... sampai.
3) Preposisi dengan nomina lokatif bergabung dengan dua nomina (FN) yang nomina pertamanya (N1) mempunyai ciri lokatif atau menunjukkan lokasi (Prep + FN (N1 + N2). Contoh: di (atas meja), ke (dalam rumah), dari (sekitar kampus), dll.. Sebagian dari kelompok N1 maupun N2 ada yang wajib muncul dan ada pula yang manasuka. Berikut adalah frasa preposisional yang dapat muncul tanpa N2 jika konteks kalimat atau situasinya jelas: di depan, di muka, di pinggir, di samping, di sebelah, di tengah, ke depan, ke muka, ke pinggir, ke samping, ke sebelah, ke tengah, dari depan, dari muka, dari pinggir, dari samping, dari sebelah, dari tengah
Peran Sematis :
a.Penanda hubungan ‘tempat’ : di, ke, dari
b.Penanda hubungan ‘peruntukan’ : bagi, untuk
c.Penanda hubungan ‘sebab’ : karena, sebab
d.Penanda hubungan ‘kesertaan’ atau ‘cara’ : dengan, sambil, beserta, bersama
e.Penanda hubungan ‘pelaku’ : oleh
f.Penanda hubungan ‘waktu’ : pada, hingga, sampai, sejak, semenjak, menjelang
g.Penanda hubungan ihwal peristiwa : tentang, mengenai
h.Penanda hubungan ‘milik’ : dari
Source:
0 comments:
Posting Komentar